Tradisi Batimbang Pada Bayi Yang Lahir Dibulan Safar
DOI:
https://doi.org/10.62976/ijijel.v3i1.971Keywords:
Tradisi, Batimbang, Bulan Safar, Masyarakat BanjarAbstract
Sejak zaman dahulu, masyarakat Arab Jahiliyah telah mempercayai bulan Safar merupakan bulan yang membawa sial atau sebagai bulan yang memiliki nasib buruk. Tradisi Batimbang merupakan tradisi untuk menghilangkan kebiasaan buruk dan upaya agar anak yang lahir di bulan Safar tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan kedua orang tuanya. Masyarakat Banjar percaya bahwa anak yang lahir di bulan Safar akan memiliki perilaku atau karakter yang buruk, namun tidak semua masyarakat Banjar percaya akan kesialan bulan Safar, khususnya masyarakat yang ada di Desa Makmur Kecamatan Gambut. Tidak ada landasan atau dalil al-Qur'an dan Hadist yang berkaitan atau mendasari tradisi batimbang pada bayi yang lahir di bulan Shafar. Tradisi batimbang anak yang lahir di bulan Safar tidak memiliki dasar dalam Islam, akan tetapi QS. Al-Baqarah ayat 170 mungkin memiliki keterkaitan erat terhadap tradisi batimbang. Penelitian ini menggunakan metode empiris, pendekatan deskriptif- kualitatif untuk memahami makna, proses pelaksanaan, serta nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi batimbang bulan safar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi ini dianggap sebagai upaya simbolis untuk melindungi bayi dari pengaruh buruk yang diyakini lebih kuat pada bulan Safar, sekaligus sebagai bentuk syukur dan doa untuk kesejahteraan keluarga. Temuan ini juga mengungkap bahwa batimbang memiliki peran penting dalam memperkuat ikatan sosial dalam komunitas dan melestarikan nilai - nilai tradisional ditengah tantangan modernisasi. Tradisi ini mencerminkan perpaduan antara kepercayaan agama dan adat lokal, sehingga memberikan kontribusi penting dalam memahami identitas budaya masyarakat.
Downloads
Published
Issue
Section
License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.