Islam Nusantara (Sebuah Konsep Pendidikan Beragama Secara Moderat)

Authors

  • Rahmat Sholihin Universitas Islam Negeri Antasari
  • Amelia Rahmaniah Universitas Islam Negeri Antasari

DOI:

https://doi.org/10.62976/ierj.v2i1.431

Keywords:

Islam Nusantara, Pendidikan Beragama, Moderat

Abstract

Abstract

The issue of Islam Nusantara has become a new discourse for Muslims in Indonesia, a new offer in the concept of moderate religious education. Various groups have spoken out in response to this issue. Initially raised by NU clerics, it was responded to variously by Indonesian Muslims. Within NU itself there is debate, as well as among Muhammadiyah. The identity of "Islam" will be more grounded when added with the word "Nusantara" for those who support it. Meanwhile, those who reject the argument argue that the sacredness of the name "Islam" does not need to be given the addition of "Nusantara" because it will lead to different perspectives. Such an addition is considered taboo and inappropriate because it will obscure its original identity. The objectives of this research are: To find out the conception of "Islam Nusantara" in the perception of Urang Banjar, as well as their attitude towards Islam Nusantara, both those who accept (pro) and those who reject (con) the term. And to try to find an affirmative solution to the various issues about Islam Nusantara that have developed among the Banjar people. Although there have been many writings on the theme of Islam Nusantara, no one has researched and discussed it in Banjarmasin and its surrounding areas. Therefore, this paper becomes interesting when global issues are viewed in terms of the locality of Banjar culture.

 

Keywords: Islam Nusantara, Religious Education, Moderate

Abstrak

Isu Islam  Nusantara menjadi  wacana  baru  bagi  umat Islam di Indonesia, sebuah tawaran baru dalam konsep pendidikan beragama secara moderat. Beragam kalangan  bersuara  dalam menanggapi persoalan ini. Awalnya dilontarkan oleh Ulama NU, namun ditanggapi beragam oleh umat Islam Indonesia. Di tubuh NU sendiri terjadi perdebatan, begitu juga di kalangan Muhammadiyah. Identitas “Islam” akan lebih membumi ketika ditambah dengan kata “Nusantara” bagi yang mendukung. Sementara bagi yang menolak berargumen bahwa kesakralan nama “Islam” tidak perlu diberi tambahan “Nusantara” karena akan menimbulkan perspektif yang berbeda. Tambahan seperti itu dianggap tabu dan tidak pantas karena akan mengaburkan identitas aslinya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui konsepsi “Islam Nusantara” dalam persepsi Urang Banjar, serta sikap mereka terhadap Islam Nusantara, baik yang menerima (pro) maupun yang menolak (kontra) terhadap istilah tersebut. Dan berupaya menemukan solusi kompirmatif terhadap berbagai isu tentang Islam Nusantara yang berkembang di kalangan masyarakat Banjar. Meskipun sudah banyak tulisan yang bertema Islam Nusantara, tapi untuk wilayah Banjarmasin dan sekitarnya masih belum ada yang meneliti dan membahas tentang hal tersebut. Oleh karena itu, tulisan ini menjadi menarik ketika isu global dilihat dari segi lokalitas budaya Banjar.

 

Kata kunci: Islam Nusantara, Pendidikan Beragama, Moderat

 

   

 

 

Downloads

Published

2024-02-10